PeristiwaBandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik
26 Maret 2009 Sejarah Bandung Lautan Api bandung lautan api SUATU hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo-Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api. Insiden Perobekan Bendera Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang. Mereka berkomplot dengan Belanda tentara NICA dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia. Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga sekarang Gedung Bank Jabar, terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono. Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat BKR, disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia LASWI pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan. Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah. Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan. Bandoeng Laoetan Api Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia TRI meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”. Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan MP3 di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946. Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam itu juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung pun berubah menjadi lautan api. Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat Indonesia. Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembakaran itu. Banyak yang bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum Jenderal Besar Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg sekarang Jalan Dewi Sartika, setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris. Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air” Nasution, 1 Mei 1997 Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi. Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.

BandungSea of Fire. Events Bandung Ocean of Fire is a major fire incident that occurred in the city of Bandung, West Java province in March 1946. Within seven hours, about 200,000 inhabitants burned their homes and possessions, leaving the city to the mountains in the area south of Bandung. This is done to prevent the Allies and the Dutch

Siapa yang tidak pernah mendengar istilah Bandung Lautan Api? Peristiwa bandung lautan api merupakan salah satu peristiwa sejarah yang sangat populer. Peristiwa sejarah ini terjadi saat Indonesia sedang menghadapi upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya pasca proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Bandung Lautan Api adalah sebuah sebutan untuk peristiwa terbakarnya kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia dalam upaya menjaga kemerdekaan Indonesia. Pembakaran ini dilakukan oleh masyarakat Bandung sebagai bentuk respon atas ultimatum oleh sekutu yang memerintahkan untuk mengosongkan Bandung. Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Sejarah besar ini dilakukan oleh para masyarakat Bandung yang jumlahnya sekitar orang. Dalam waktu tujuh jam, mereka melakukan pembakaran rumah serta harta benda mereka sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bandung. Latar Belakang Bandung Lautan Api Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu. Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945. Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan. Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung. gambar via Jago Sejarah ilustrasi foto dengan perkiraan warna Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu. Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945. Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan. Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung. Kronologi Terjadinya Bandung Lautan Api Kronologi Bandung Lautan Api bisa dirunut dari peristiwa saat pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung saat itu tengah gencar-gencarnya merebut senjata serta kekuasaan dari tangan Jepang. Hubungan pemerintah RI dengan sekutu juga sedang tegang. Di saat seperti itu, pihak sekutu menuntut agar seluruh senjata api yang ada di tangan masyarakat, kecuali TKR serta polisi, diserahkan pada pihak sekutu. Tetapi, sekutu yang baru tiba ini meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan seluruh senjata hasil pelucutan Jepang ini. Hal ini ditegaskan lewat ultimatum yang dikeluarkan pihak Sekutu. Isi ultimatum itu yaitu agar senjata hasil pelucutan Jepang segera diserahkan pada Sekutu serta masyarakat Indonesia segara mengosongkan kota Bandung paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk keamanan rakyat. ilustrasi foto dengan perkiraan warna Ditambah lagi, orang- orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan juga mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan rakyat. Hal semacam ini juga semakin mendorong adanya bentrokan bersenjata pada Inggris serta TKR Tentara Keamanan Rakyat jadi tidak dapat dijauhi. Saat malam tanggal 21 November 1945, TKR serta sebagian badan perjuangan Indonesia melancarkan serangan pada kedudukan-kedudukan Inggris di wilayah Bandung bagian utara. Hotel Homann serta Hotel Preanger yang dipakai musuh sebagai markas juga tidak luput dari serangan. Ultimatum oleh MacDonald Menanggapi serangan ini, tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum pada Gubernur Jawa Barat. Ultimatum ini berisi agar Bandung Utara dikosongkan oleh masyarakat Indonesia, termasuk juga dari pasukan bersenjata. Masyarakat Indonesia yang mendengar ultimatum ini tak menghiraukannya. Karena itu, pecahlah pertempuran pada sekutu serta pejuang Bandung di tanggal 6 Desember 1945. Lalu, di tanggal 23 Maret 1946, sekutu kembali mengulang ultimatumnya. Sekutu memerintahkan agar TRI Tentara Republik Indonesia segera meninggalkan kota Bandung. Mendengar ultimatum itu, pemerintah Indonesia di Jakarta kemudian menginstrusikan agar TRI mengosongkan kota Bandung untuk keamanan rakyat. Walau demikian, perintah ini berbeda dengan yang diberikan dari markas TRI di Yogyakarta. Dari Yogyakarta, keluar instruksi agar terus bertahan di Bandung. Dalam masa ini, sekutu juga membagi Bandung dalam dua sektor, yaitu Bandung Utara serta Bandung Selatan. Lalu, sekutu meminta masyarakat Indonesia untuk meninggalkan Bandung Utara. Kondisi di kota Bandung jadi semakin genting. Situasi kota ini jadi mencekam serta dipenuhi orang -orang yang panik. Para pejuang juga bingung dalam mengikuti instruksi yang berbeda dari pusat Jakarta serta Yogyakarta. Pada akhirnya, para pejuang Indonesia memutuskan untuk melancarkan serangan besar-besaran pada sekutu di tanggal 24 Maret 1946. Para pejuang Indonesia menyerang pos-pos sekutu. Mereka juga membakar semua isi kota Bandung Utara. Setelah berhasil membumihanguskan kota Bandung Utara, barulah mereka pergi mengundurkan diri dari Bandung Utara. Aksi ini dilakukan oleh orang selama 7 jam. Keadaan Bandung yang dipenuhi dengan kobaran api laksana lautan inilah yang membuat peristiwa tersebut dijuluki dengan sebutan Bandung Lautan Api. Tujuan Membakar Bandung Para pejuang Indonesia membumihanguskan kota Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. alasan terbesar yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan MP3 Operasi pembakaran Bandung ini dikatakan sebagai operasi “bumihangus”. Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil lewat musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan MP3, yang dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, tanggal 23 Maret 1946. Hasil musyawarah itu lalu diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai Komandan Divisi III TRI. Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Lalu, hari itu juga, rombongan besar masyarakat Bandung mengalir. Pembakaran kota berlangsung malam hari sambil para penduduknya pergi meninggalkan Bandung. Dengan terbakarnya kota Bandung, maka sekutu tidak bisa memakai Bandung sebagai markas strategis militer. Operasi bumi hangus ini membuat asap hitam mengepul tinggi menyelimuti kota Bandung. Semua listrik turut padam. Di dalam kondisi genting ini, tentara Inggris juga menyerang sehingga pertempuran sengit tidak terhindarkan. Pertempuran terbesar berlangsung di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung. Di tempat inilah adanya gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Rupanya, pejuang Indonesia Muhammad Toha serta Ramdan, dua anggota milisi BRI Barisan Rakjat Indonesia memperoleh misi penghancurkan gudang amunisi itu. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang senjata itu dengan dinamit. Walau demikian, kedua milisi itu turut terbakar di dalam gudang besar yang diledakkannya itu. Awalnya, staf pemerintahan kota Bandung merencanakan untuk tetap berada di dalam kota. Akan tetapi, untuk keselamatan mereka, maka pukul itu, mereka juga turut dalam rombongan yang dievakuasi dari Bandung. Mulai sejak saat itu, sekitar pukul Bandung kosong dari masyarakat serta TRI. Sementara, api masihlah membubung membakar kota, hingga Bandung menjadi lautan api. Strategi operasi bumihangus ini merupakan strategi yang tepat karena kekuatan TRI serta milisi rakyat memanglah tak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu serta NICA yang besar. Sesudah peristiwa Bandung Lautan Api tersebut, lalu TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan dari luar Bandung lewat cara bergerilya. Asal Julukan Bandung Lautan Api Istilah atau sebutan ‘Bandung Lautan Api’ pada peristiwa ini muncul di harian Suara Merdeka pada tanggal 26 Maret 1946. Ketika peristiwa pembakaran itu terjadi, seorang wartawan muda, Atje Bastaman, menyaksikannya dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak tersebut, Atje Bastaman melihat Bandung memerah mulai dari Cicadas sampai ke Cimindi. Karena itu, begitu ia tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan penuh semangat segera menuliskan berita mengenai peristiwa ini serta memberinya judul “Bandoeng Djadi Laoetan Api”. Akan tetapi, kurangnya ruang untuk tulisan judulnya membuat ia harus membuat judulnya jadi lebih pendek, yaitu menjadi “Bandoeng Laoetan Api”. Fakta Tentang Bandung Lautan Api monumen peristiwa bandung lautan api. gambar via Dari peristiwa Bandung Lautan Api tersebut, ada beberapa fakta menarik yang harus kamu ketahui. Berikut ini adalah beberapa faktanya 1. Politik “Bumi Hangus” Pada Peristiwa Bandung Lautan Api Pada detik-detik peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung, sekutu yang terdiri atas tentara Inggris serta NICA Belanda melakukan ultimatum pada rakyat Bandung untuk segera meninggalkan Bandung serta sekitarnya agar Kota Bandung bisa dipakai sebagai markas strategi perang melawan Kemerdekaan. Rakyat pada saat itu tak rela kota mereka digunakan oleh musuh untuk melawan kemerdekaan. Oleh karenanya, TRI merumuskan strategi agar rakyat meninggalkan Kota Bandung dalam kondisi Bandung terbakar seluruhnya. Rakyat harus merelakan rumahnya terbakar agar tak diduduki oleh sekutu. 2. A. H. Nasution, Otak di Balik Politik “Bumi Hangus” Nama pahlawan yang sering menjadi nama jalan raya di seluruh Indonesia ini memanglah sudah tak asing lagi di dengar. Pada masanya, beliau adalah Komandan Divisi III atau saat ini bernama Kodam III Siliwangi. Beliau merupakan penggagas sekaligus orang yang memberi komando agar masyarakat meninggalkan Bandung dengan segera. 3. Peristiwa Terjadi Selama 7 Jam Pembumihangusan Bandung Lautan Api berlangsung selama 7 jam. Tak ada sumber pasti yang mengatakan jam dimulainya peristiwa itu. Tetapi yang pasti, peristiwa itu berlangsung saat malam hari, sampai pukul pun peristiwa pembumihangusan ini masihlah terjadi. 4. Masyarakat Merelakan Tempat Tinggalnya Dibakar Sebelum peristiwa pembumihangusan berlangsung, sebanyak jiwa yang tinggal di Kota Bandung serta sekitarnya meninggalkan Kota Bandung menuju daerah pegunungan di Selatan. 5. Dua Pemuda Misterius di Balik Peristiwa Bandung Lautan Api Orang Bandung tentu pernah mendengar nama jalan Mohamad Toha, atau mungkin saja pernah mendengar nama jalan Mohamad Ramdan. Keduanya adalah nama pahlawan asli dari Bandung yang menjadi ‘man of the match’ pada peristiwa Bandung Lautan Api. Menurut beragam sumber sejarah, Mohamad Toha adalah pemuda yang membawa dinamit untuk meledakkan gudang senjata yang saat itu dijaga tentara Jepang. Beberapa sumber juga menyebutkan kalau menjelang meledaknya gudang senjata di Dayeuhkolot, ada dua pemuda yang hilang, yaitu Mohamad Toha serta Mohamad Ramdan. Pada akhirnya, diketahui kalau Mohamad Ramdan memanglah gugur dalam pertempuran. Sesudah peristiwa Bandung Lautan Api, jenazahnya diserahkan pada ibunya. Tetapi, Mohamad Toha sendiri tak diketahui di mana jenazahnya. 6. Asal Mula Istilah “Peristiwa Bandung Lautan Api” Arti “Bandung Lautan Api” muncul dari dua orang yang cukup berperan strategis. Yang pertama yaitu Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Ketika itu, berdasar pada pengakuan A. H. Nasution, ia berbincang dengan Sutan Syahrir serta Rukana. Muncullah pendapat dari Rukana, “Mari kita bikin Bandung Selatan jadi lautan Selain dilontarkan oleh Rukana, kata “Bandung Lautan Api” juga nampak dari seseorang wartawan harian Suara Merdeka, Atje Bastaman, yang melihat pembakaran Bandung dari sebuah bukit di Pameungpeuk, melihat Bandung sangat memerah dari Cicadas sampai Cimindi. Sesudah tiba di Tasikmalaya, Atje bersemangat menulis berita serta memberi judul tulisannya dengan “Bandoeng Djadi Laoetan Api”. Karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judulnya diperpendek jadi “Bandoeng Laoetan Api”. 7. Pencipta Lagu “Halo-halo Bandung” yang Misterius Lagu nasional yang satu ini memanglah lahir setelah peristiwa Bandung Lautan Api. Tetapi pencipta lagu Halo-halo Bandung tak pernah benar-benar diketahui siapa orangnya. Bila pernah menemukan nama Ismail Marzuki sebagai penciptanya, kamu masihlah belum tepat karena beliau hanya seorang penggubah, bukanlah pencipta dari lagu itu. Baca Juga 5 Peninggalan Sejarah Yang Dimiliki Bangsa Indonesia Sejarah Api Pidato Sukarno dan Air Mata Proklamasi Sejarah Burung Garuda Sebagai Lambang Negara DownloadFree Apa Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api Installation Observe: This system is bundled with adware. The installer may well try and improve your homepage, online search engine and browser settings or put in 3rd party features. Pay very close interest when putting in; the third party delivers will not be necessary for this computer software to function.
TANGGAL 24 Maret adalah hari paling bersejarah bagi warga Kota Bandung. Pada hari itu, 72 tahun lalu atau tepatnya 24 Maret 1946, warga Kota Bandung rela mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga demi Indonesia. Penduduk kota berjuluk Parijs van Java mengikhlaskan tempat tinggal mereka dibumihanguskan agar tak dikuasai penjajah heroik yang tercatat oleh tinta emas revolusi kemerdekaan Indonesia itu, dikenang sampai saat ini. Setiap tahun peristiwa yang dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api BLA itu diperingati dengan berbagai cara. Biasanya, Pemkot Bandung menggelar pawai obor dengan rute, Tugu BLA di Taman Tegallega ke Balaikota Bandung, Jalan Waskancana lalu kembali lagi ke Taman heroik Bandung Lautan Api tercatat dalam beberapa versi. Dalam Wikipedia, peristiwa itu bermula dari kedatangan pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Pasukan Sekutu Brigade MacDonald itu menuntut agar semua senjata api di tangan penduduk, kecuali TRI dan polisi, diserahkan kepada Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan Jepang mulai melakukan tindakan mengganggu keamanan dan kenyamanan penduduk. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TRI tidak dapat dihindari. Malam pada 21 Oktober 1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap markas-markas pasukan Inggris di Bandung utara, termasuk Hotel Homann da Preanger. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung utara dikosongkan oleh penduduk, termasuk pasukan bersenjata. Ultimatum Tentara Sekutu agar TRI bersama penduduk meninggalkan Kota Bandung. Ultimatum ini mendorong TRI untuk melakukan operasi “bumi hangus”. Para pejuang tak rela menyerahkan Kota Bandung dan dimanfaatkan Sekutu dan tentara NICA Belanda. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perjoeangan Prijangan MP3 di hadapan semua kekuatan perjuangan pada 23 Maret Divisi III TRI Kolonel Abdul Haris AH Nasution mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan Kota Bandung. Malam hari, pembakaran kota berlangsung yang dilakukan para Bandung sengaja dibumihanguskan oleh TRI dan rakyat agar tentara Sekutu dan NICA tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer mereka. Saat bumi hangus terjadi, api berkobar di seluruh penjuru dan pelosok kota. Di mana-mana mengepul asap hitam membubung tinggi ke udara. Aliran listrik pun padam. Api membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan Inggris mulai menyerang kantong-kantong pertahanan TRI sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, selatan Kota Bandung. Di sini terdapat gudang amunisi milik Jepang yang dikuasai tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini, Mohammad Toha dan Ramdhan, dua anggota milisi Barisan Rakjat Indonesia BRI nekat menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha dan Ramdhan berhasil meledakkan gudang amunisi dengan dinamit dan keduanya pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan, maka sekitar pukul WIB itu, mereka juga ikut mengungsi meninggalkan Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul WIB, Bandung telah kosong dari penduduk dan para itu, versi lain mencatat, peristiwa Bandung Lautan Api bermula dari Perdana Menteri Syahrir mengikuti ultimatum pemerintah kolonial Belanda yang memerintahkan seluruh warga Kota Bandung, khususnya pasukan bersenjata, meninggalkan Bandung selatan paling lambat 24 Maret 1946 pukul Divisi III TRI AH Nasution mencoba kembali bernegosiasi dengan Komandan Divisi Hindia Belanda ke-23 Jenderal Hawtorn. AH Nasution meminta agar Belanda memundurkan batas waktu pengosongan Bandung dari lascar bersenjata. Namun permintaan Nasution itu tak digubris oleh Jenderal Merdeka terbitan 25 Maret 1946 menulis,"Tadi malam tanggal 24 Maret, api besar terlihat di enam titik. Pagi ini pesawat pengintai RAF melaporkan bahwa seluruh kawasan selatan Bandung diselimuti asap tebal yang mempesulit pengamatan. Terdengar ledakan-ledakan yang mengindikasikan taktik bumi hangus masih dilakukan di wilayah tersebut. ‎Pagi ini, kobaran api masih terlihat di dekat stasiun kereta api dan banyak kampung." Sedangkan cerita lebih detail tentang peristiwa Bandung Lautan Api tertuang dalam buku Bandung Awal Revolusi, 1945-1946 Bandung In The Early Revolution, 1945-1946, NY Cornell Modern Indonesia Project, Southeast Asia Programme terbitan 1964 karya John RW Smail, akademisi lulusan Harvard University bidang Sejarah Inggris mengulas kejadian tersebut. John mengutip sejumlah dokumen sejarah termasuk Koran Merdeka, yang terbit saat peristiwa bersejarah itu menulis, keputusan membumihanguskan Bandung dibuat oleh Kepala Seksi Militer MP3 Sutoko dan Komanan Resimen ke-8 Kota Omon Abdurahman pada 24 Maret 1946 siang. Belakangan, Nasution sebagai pejabat militer menyetujui keputusan itu. ‎"Perintah disampaikan lewat unit militer MP3 kepada para pemuda. Dinamit disalurkan dan tanggung jawab dibagi. Pada malam harinya, rencana menghancurkan kota telah siap dijalankan," kata John dalam 24 Maret 1946 sekitar pukul WIB, Wali Kota Bandung saat itu, mengumumkan kepada masyarakat lewat siaran radio terkait keputusan pemerintah pusat yang mengikuti ultimatum Belanda. Saat itu, pemerintahan kota menyatakan akan tetap bertahan di Bandung. Namun, sekitar pukul WIB, Komandan Divisi III/Siliwangi mengirim pesat agar pemerintahan kota juga harus meninggalkan Kota Bandung sebelum pukul karena seluruh kota akan itu dengan cepat tersebar ke seluruh pelosok kota pada petang hari. Setelah hujan lebat reda menjadi gerimis sekitar pukul WIB, penduduk Kota Bandung mulai bergerak ke luar kota di sepanjang tiga jalan utama ke arah barat daya, selatan dan tengga‎rara. Jalanan dipenuhi pemandangan eksodus pengungsi warga Kota Bandung."Setelah pengungsi berjalan cukup jauh, suara ledakan dinamit terdengar susul menyusul. Api yang disulut para pemuda menyebar ke seluruh kota, sebelah selatan rel kereta api. Suasana malam hari dalam kondisi revolusi menyebabkan api terlihat lebih menakutkan. Bandung seolah menjadi lautan api dan gambaran melekat kuat dalam benak penduduk pada 24 Maret 1946," ujar John.wib
TRIBUNSULBAR.COM - Pertandingan Grup C Piala Presiden 2022 resmi berpindah dari Stadion Gelora Bandung Lautan Api ke Stadion Si Jalak Harupat dan tanpa dihadiri oleh penonton. Kepastian tersebut telah dirilis secara resmi oleh Persib Bandung melalui laman resmi mereka pada Senin (20/6/2022) siang 13.35 WIB atau 14.35 WITA. "Hasil komuniksi OC dengan pihak keamanan dan host broadcaster bersama aosWT.
  • s806k8g3vm.pages.dev/148
  • s806k8g3vm.pages.dev/163
  • s806k8g3vm.pages.dev/90
  • s806k8g3vm.pages.dev/205
  • s806k8g3vm.pages.dev/163
  • s806k8g3vm.pages.dev/126
  • s806k8g3vm.pages.dev/111
  • s806k8g3vm.pages.dev/307
  • s806k8g3vm.pages.dev/210
  • bandung lautan api mp3